Assalamu'alaikum warahmatullah wabarokatuh... segala puji bagi ALLAH tuhan semesta alam ini dan semoga sholawat dan salam selalu tercurah pada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, yang mana berkat Pengorbanan Rasulullah Muhammad "khoirol bariyyah" kita semua sekarang dan akan datang dapat selalu berada dalam jalan dan pedoman Agama Allah Subhanahu wa ta'ala.. ketika takdir sulit dimengerti maka akan timbul di benak seseorang berbagai macam pertanyaan
Kenapa temanku kaya, sedangkan aku
miskin. Kenapa tetanggaku bahagia sedangkan aku selalu menderita. Allah telah
mendhalimiku dengan memberikan aku segala kesengsaraan di dunia. Inilah
ungkapan dari seseorang yang berprasangka buruk kepada Allah.
Ia mengucapkan seperti itu seakan-akan
Allah telah mendhaliminya padahal Allah SWT telah banyak berkata dalam Al
Qur’an sesungguhnya segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia itu akibat
perbuatan manusia itu sendiri. Namun kita jangan lupa, kadang ada beberapa
orang yang berpendapat bahwa Allah tidak mempunyai campur tangan dalam hal
takdir manusia, atau bahkan sebaliknya seseorang yang meninggalkan sebuah usaha
atau ikhtiar dan hanya bertumpu pada takdir yang Alloh SWT berikan. Kedua hal
tersebut juga salah.
Di
dalam setiap kehendak ALLAH bernama takdir adalah bahwa ALLAH bukan hanya
menunjukan betapa maha berkehendaknya DIA, tapi juga betapa ALLAH mengetahui
segala galanya, ALLAH mengetahui itu, yang telah terjadi, yang sedang terjadi,
dan yang akan terjadi semua dalam genggaman ALLAH, untuk itulah ALLAH
memilihkan takdir terbaik karena DIA bukan hanya Berkendak tapi Maha Tahu,
sedang kita? kita adalah milik ALLAH dan setiap pemilik akan memelihara apa
yang dimilikinya dengan kasih sayang artinya apapun itu, iya apapun yang
terjadi saat ini karena ALLAH menyayangi kita, mungkin saat ini terlihat
seperti luka yang perih menyayat hati namun tahukah kita bahwa esok ini akan
menjadi sesuatu yang justru kita syukuri, sesuatu yang akan mendekatkan diri
kita kepada ALLAH, lalu masihkah kita marah atas takdir kali ini ketika kita
tahu bahwa ini terjadi karena kasih sayangNYA.
Ketika semua tak seperti yang kita
inginkan, sedih pasti, kecewa apalagi, dan akan menjadi kekeliruan yang
fatal ketika kita salah menyikapi, haruskah kita marah dengan ALLAH yang
telah memutuskan ini terjadi? satu hal yang harus kita ingat “boleh
jadi engkau menyukai sesuatu tapi itu belum tentu baik menurut ALLAH, dan boleh
jadi engkau membenci sesuatu tapi itu belum tentu buruk menurut ALLAH”
siapa yang lebih tahu, kita atau ALLAH? jadi kalau kita protes dan sok tahu
bahwa rencana kita yang terbaik dan harus terjadi, itulah kesombongan kita.
Jadi ALLAH lah yang lebih tahu.
Saudaraku, janganlah kita menjadi orang
yang berprasangka buruk kepada ALLAH yaitu orang yang selalu melihat sisi buruk
dari setiap kejadian yang menimpa dirinya. Orang seperti ini akan selalu
dihantui oleh ketakutan-ketakutan dan diliputi oleh keburukan-keburukan, karena
sebaik apapun pemberian Allah kepadanya tetap saja dia merasa hal itu buruk
baginya.
Dan teruslah penuhi hidup dengan
berbaik sangka kepada ALLAH, jangan ada ruang sekecil apapun dalam diri ini
untuk berburuk sangka padaNYA, dapat menemui kehendakNYA sejalan dengan
prasangka kita kepadaNYA. Percayalah dengan berbaik sangka kepada ALLAH akan
merubah musibah menjadi anugrah, kesedihan menjadi kegembiraan. Karena
ALLAH mengikuti prasangka hambaNYA. Ujian, kehilangan, luka
dan duka yang terjadi akan berubah dalam sesaat menjadi kekuatan hidup yang
kian membuat kita lebih bijaksana dan tenang.
Dalam
sebuah Hadits Qudsi:
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata :
Nabi saw. bersabda : “Allah Ta’ala berfirman : “Aku menurut sangkaan hambaKu
kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu
dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam
kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat
kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat
kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu
dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil”. (HR.
Bukhari).
Kadang orang berucap “kalau semua
yang terjadi adalah takdir ALLAH, kenapa harus sibuk ikthiar, duduk manis
saja menunggu takdir“ inilah pasrah, kira-kira apa yang akan kita
dapat ketika kita hanya pasrah tanpa ikhtiar? satu lagi yang perlu diingat
takdir ALLAH adalah akhir dari ikhtiar, dimana ikthiar dulu baru takdir.
Ketika takdir
ALLAH tak dapat dipahami, maka kembalikanlah kepadaNYA, sebab memang
ada ruang gelap yang dengan ilmu akan sulit dipahami, namun tak sulit
untuk direnungi. Diruang inilah tempat untuk menyandarkan segala
harapan. Diruang inilah tawakal diletakan, kepasrahan dilabuhkan.
Akhirnya, akan mengerti takdir ALLAH adalah cintaNYA kepada hamba…
Ingat!!! kita hanya hamba,
ALLAH-lah Pemilik segalanya & Penentu keputusan, Jangan bertanya mengapa
begini mengapa begitu, tak akan sanggup kita memahami ruang misteri milik
ALLAH.
Sebagai renungan berikut wejangan
Syaikh Abdul Qadir Jailani: “Jangan sibuk dengan urusan harta, istri, anak,
karena tidak akan lama engkau akan dipisahkan darinya. Jangan sibuk
mengejar-ngejar dunia dan mencari kemuliaan dari makhluk, karena sesungguhnya
mereka tidak akan dapat membelamu dihadapan ALLAH SWT. Engkau berprasangka
buruk terhadap ALLAH SWT didalam setiap keadaanmu. DIA pasti mengetahui
perbuatanmu dan DIA akan memurkaimu”
Jalinan Takdir dan Ikhtiar
Semua perbuatan dan keberadaan kita
sudah didesain dengan apik oleh Allah SWT. Wallahu khalaqakum wa maa ta’maluun
(QS Ashshaaffat [37]: 96). Dialah Desainer semua kejadian dan peristiwa. Tidak
satu pun yang luput dari pengawasan dan keteraturan-Nya. Dialah Maha Karya,
Penentu semua ciptaan.
Meskipun segala sesuatunya telah
ditakdirkan, ada banyak amalan yang bisa menentukan arah keberpihakan takdir
Allah. Amalan tersebut juga adalah bagian dari takdir-Nya. Di antara yang bisa
mengubah takdir adalah ikhtiar atau usaha.
Dalam beberapa ayat, banyak ditemukan
bahwa sejatinya Allah mengikuti amalan dan usaha manusia. Kaya-miskin atau
sukses tidaknya usaha dan aktivitas kita tergantung dari seberapa besar usaha
yang dilakukan. Jika ikhtiar dan usaha kita sungguh-sungguh, Allah akan
sungguh-sungguh penuhi permintaan kita. “Sesungguhnya, Allah tidak akan
mengubah nasib satu kaum, kecuali dari kaum itu sendiri.” (QS Arra’du [13]:
11).
Jangan pernah berharap bisa mendapatkan
harapan dan cita-cita jika kita berdiam diri dan tidak mau usaha. Diam hanya
akan melahirkan kekecewaan, kegagalan, dan kesialan. Tidak ada keberuntungan
diraih dengan berpangku tangan (laysatin najah bis sukuuti). Tidak mungkin emas
jatuh tiba-tiba dari langit. Semuanya ada proses dan waktu. Di situlah sesungguhnya
peran usaha dan ikhtiar kita. Tidak bergerak dan berproses berarti berhentinya
roda kehidupan (the static condition is real looser).
Orang yang tidak mau berusaha dan tidak
bekerja hanya akan memperbanyak persoalan. Air yang menggenang dan tidak mengalir
menyebabkan sarang penyakit. Singa yang tidak mau keluar dari sarang akan
sakit, bahkan menemui kematian. Begitu juga dengan matahari yang tidak
bergerak, pertanda awal bagi berakhirnya kehidupan.
Saudaraku, berbuatlah sesuatu. Ciptakan
amaliyah untuk mengubah takdir kita. Selama pagi masih menjelang, pasti kita
akan menemui kejutan-kejutan siang. “Berbuatlah (dan bergeraklah). Karena
Allah, rasul, dan orang-orang beriman akan menjadi saksi atas perbuatan kita.”
(QS Attaubah [9]: 105). Dan, Allah tidak akan menyia-nyiakan apa pun yang telah
kita lakukan, kecuali selalu ada nilai di hadapan-Nya (QS Ali Imran [3]: 191).
Haqul Yaqin, Allah akan membimbing kita
menemukan jalan-jalan kebaikan, asal kita sungguh-sungguh berusaha menjemput
takdir. Takdir kita di antaranya karena usaha kita. Dengan catatan, usaha tetap
berada dalam syariat-Nya dan tidak dengan jalan kemaksiatan dan kotor (dosa).
Cara-cara yang tidak baik hanya akan menemukan deretan panjang kesialan
kita. “Dan, mereka yang bersungguh-sungguh berbuat di jalan Allah, maka
pasti Kami akan tunjukkan jalan-jalan (kebaikan)” (QS al-Ankabut [29]: 69).
Wallahu a’lam.